Kita acap kali menyangkal kedua sisi berlawanan yang selalu eksis di dunia ini. Kita selalu mau di sisi terang dan membuang sisi sebaliknya, yang mana hal ini bukannya hanya tidak mungkin, melainkan juga akan membuat kita lebih menderita. "Tidak ada kehidupan yang tidak diwarnai oleh kesedihan. Diundang maupun tidak, ia akan senantiasa datang. Semakin ia dibenci dan ditakuti, semakin ia senang dan rajin berkunjung ke diri kita. Jadi sengsaralah hidup mereka yang membenci kesedihan." Mereka yang benar- benar ingin sembuh adalah mereka yang memohon doa agar diberiki kekuatan untuk menerima sambil berusaha memeluk apa pun yang sedang dirasakan.
Mereka percaya bahwa apa yang terjadi adalah hasil dari apa mereka perbuat. Mereka tidak menyalahkan siapa-siapa apalagi Tuhan, tidak menyebut hal yang menimpa sebagai bencana atau Pencipta sedang murka. Mereka adalah orang-orang yang bertanggung jawab dan berani untuk melangkah menuju arena yang jarang dikunjungi.
Di samping itu, bukankah ada banyak pelajaran besar yang akan hadir dalam kelas yang bernama kesedihan? Saya lebih memilih didoakan "semoga sakit ini memberikan kesadaran yang lebih" daripada "semoga cepat sembuh atau lebih cocok dengan " semoga mendapatkan kekuatan untuk menerima apa pun yang terjadi".
Hidup yang utuh adalah hidup yang menikmati jalan naik dan turun, saat mekar dan saat mengerucut, kembang dan kempis. Inilah sifat dari semesta ini, manusia yang bahagia bukan ia yang tidak pernah sakit atau tidak pernah bangkrut, tetapi ia yang selaras dengan gerak dan sifat alami ini. Sementara itu, mereka yang menderita adalah mereka yang menolak dan menyangkalnya.
0 komentar:
Posting Komentar